Header Ads

Perbedaan Seni Rupa dan Desain

seni lukis dan desain

SENITULAR - Dalam penggunaan sehari-hari, istilah “seni rupa” dan “desain” seringkali disejajarkan sebagai dua buah kata yang berbeda. Artinya istilah seni rupa memiliki pengertian sendiri, demikian pula dengan istilah desain. Inilah yang menimbulkan diskusi yang berkepanjangan karena ada pihak yang memandang bahwa seni rupa dan desain pada dasarnya sama saja, yakni keduanya merupakan bentuk ekspresi estetis dengan media visual (titik, garis, bentuk, warna, tekstur, volume, dan ruang).

Bagi pihak yang menyamakan seni rupa dengan desain, posisinya jelas yakni “seni rupa adalah desain, dan desain adalah seni rupa.” Diskusi yang berkepanjangan mengenai hal ini telah menimbulkan kebingunan yang mendorong Tsion Avital, seorang dosen seni rupa dari Holon Institute of Technology, Israel menuliskan buku yang berjudul The Confusion between Art and Design (Kebingungan tentang Istilah Seni Rupa dan Desain).

Avital sendiri berpandangan bahwa seni rupa dan desain merupakan dua buah istilah yang mandiri dengan otonominya masing-masing. Dalam bukunya tersebut ia menunjukkan hampir seratus perbedaan, kontraperbedaan, dan perbandingan antara kedua istilah tersebut.

Asal muasal dari timbulnya kontroversi mengenai hal ini berawal ketika diperkenalkannya istilah seni-murni (fine-art) dan istilah seni-terapan (applied-art) pada Masa Renaisans Italia di Abad ke-15. Dalam seni rupa, Seni-murni bermakna karya seni rupa yang diciptakan sebagai ekspresi keindahan semata, yang populer dengan istilah "art for art's sake," sedangkan seni-terapan diciptakan sebagai ekspresi keindahan yang peduli pada aspek kepraktisan dari apa yang diciptakan.

Secara tradisional yang termasuk sebagai senimurni adalah seni lukis, seni patung, dan seni cetak (print-making), sedangkan yang termasuk seni-terapan adalah seni kriya (craft) dengan berbagai bahan (seperti keramik, kayu, logam, kulit, dsb) dan seni dekorasi. Dalam konteks disejajarkannya istilah seni rupa dan desain, istilah “seni rupa” dimaknai sebagai seni-murni, sedangkan istilah “desain” dikaitkan dengan seni-terapan.

Berbagai upaya untuk menjelaskan perbedaan penggunaan kedua istilah ini, baik oleh pakar maupun praktisi (perupa, desainer), mencerminkan hal ini yakni seni rupa sebagai ekspresi visual demi pertimbangan estetis belaka, sedangkan desain dimaknai sebagai ekspresi visual estetis yang mempertimbangkan aspek kepraktisan. Karena aspek kepraktisan inilah, seorang desainer perlu mendapatkan masukan dari pihak pengguna (client) dan pemangku-kepentingan (stakeholder) lainnya. Perhatikanlah beberapa penjelasan yang mencoba untuk menggambarkan perbedaan makna istilah seni rupa dan desain:

Alex Trochut 

seorang perupa yang sekaligus desainer menyatakan: “saya memandang seni rupa dan desain merupakan dua bahasa yang berbeda. Meski demikian saya menyadari bahwa seorang desainer dapat menciptakan karya seni rupa dan seorang perupa dapat mendesain. Tidak ada konteks yang dapat menegaskan garis batas yang jelas diantara keduanya, dan tentu saja ada banyak persinggungan diantara keduanya.

Apa yang sesungguhnya membedakan antara seni rupa dan desain, bagi saya, adalah niat yang mendasarinya. Desain sangat dibatasi sedangkan seni rupa tidak mengenal pembatasan, larangan, atau tabu, dan bahkan subject-matter dari karya, bahkan tidak harus memiliki makna.”

Selanjutnya Trochut mengemukakan proposisi berikut ini yang dipandangnya sangat membantu baginya dalam menciptakan karya seni rupa atau desain:

  1. Desain memecahkan masalah, sedangkan seni rupa mengungkapkan pertanyaan; 
  2. Desain bersifat konklusif sedangkan seni rupa justru membuka perdebatan; 
  3. Desain bagaikan aktor yang mengikuti naskah/skenario, sedangkan seni rupa bagaikan penulis yang menafsirkan secara bebas jalan ceritera;
  4. Desain merupakan gagasan penemuan solusi sedangkan seni rupa adalah isi suara batin; 
  5. Desain menuntut penerimaan khalayak sedangkan seni rupa hanya tergantung keinginan sendiri; 
  6. Desain adalah tindakan empati sedangkan seni rupa adalah tindakan kebebasan.
seni lukis sby


Benek Lisefski 

menuliskan dalam artikelnya The Truth about Art vs Design bahwa ia tidak setuju jika ditanyakan apakah seni rupa itu adalah desain dan desain adalah seni rupa. Menurutnya, yang pertama-tama harus diperhatikan adalah jenis desain apa yang dibicarakan. Seni ilustrasi dan desain grafis relatif dapat disamakan dengan seni rupa. Tetapi ketika berbicara mengenai desain produk digital (situs jaringan, aplikasi, perangkat lunak) atau desain industri, barulah desain berbeda nyata dengan seni rupa.

Seni rupa dan desain memiliki prinsip visual dasar yang sama (garis, warna, bidang, keseimbangan, kontras, irama, dsb) yang merupakan landasan tempat perupa dan desainer mewujudkan pengalaman visualnya. Jika pewujudan pengalaman visual perupa merupakan tujuan, bagi desainer pewujudan pengalaman visual hanyalah alat untuk mencapai tujuan lain.

Perbedaan antara seni rupa dan desain terletak pada niatnya. Seni rupa dalam wujudnya yang paling murni tidak terbatas dalam hal tujuan. Ia dapat meliputi apapun yang dipilih oleh perupa. Bahkan juga jika ‘tanpa-tujuan’ sama sekali. Desain tidak memiliki kemewahan berupa kebebasan tersebut. Desain selalu mempunyai tujuan dan tujuan itu harus dicapai. Jika tidak, maka ia akan dicap sebagai karya desain yang gagal. Hal lain yang membedakan seni rupa dan desain adalah desain mempunyai pelanggan yang harus dipuaskan dan desain dibatasi oleh berbagai hal seperti tujuan bisnis, penganggaran, dan deadline (pembatasan waktu).

Miklos Philips

seorang desainer, mengatakan “jika anda bekerja dengan para desainer profesional dan anda menyamakan seni rupa dengan desain, maka anda akan mendapatkan respon yang tegas semacam ini: ‘desain bukanlah seni rupa, desain harus berfungsi;’ ‘perupa bekerja secara naluriah, sedangkan desainer bekerja berdasarkan metode yang berbasis data.’ (Toptal.Com)

Maria Khan

seorang mahasiswa Master of Digital Media (MDM), menyatakan bahwa “seni rupa bersumber dari pengalaman internal dan eksternal. Seni rupa adalah gambaran dari apa yang seorang perupa alami, cara pandang pribadinya terhadap dunia, dan apa yang diungkapkannya secara bebas. Di sisi lain, seorang desainer bertolak dari masalah yang harus dicarikan solusi secara artistik.” (The CDM.ca)

Piazza Dana 

dalam skripsi yang ditulisnya untuk mendapatkan gelar Sarjana Seni Rupa (Bachelor of Fine Art) menyimpulkan sebagai berikut:” Perbedasan antara seni rupa dan desain sebagaimana yang saya pahami adalah: seni rupa menuntut perupa untuk mencurahkan segenap pribadinya ke dalam karya yang diciptakannya, sedangkan desain menuntut desainer untuk tidak mencurahkan pribadinya ke dalam karyanya.”

Dari urain singkat di atas terungkap bahwa seni rupa dan desain dapat disamakan atau dibedakan. Seni rupa dan desain disamakan atas dasar pertimbangan keduanya merupakan kegiatan perwujudan pengalaman estetik melalui media visual. Seorang perupa dan desainer memiliki tantangan yang sama yakni bagaimana mengekspresikan perasaan estetiknya melalui karya yang diciptakannya.

Di sisi lain, istilah seni rupa dan desain dibedakan atas dasar berbagai alasan khusus, sebagaimana yang diungkapkan di atas yang tercermin pada perbedaan tantangan yang dihadapi antara seorang perupa yang fokus perhatiannya pada bagaimana ia dengan bebas mengartikulasikan gagasan estetiknya sebagai seorang seniman yang independen, dan tantangan yang dihadapi oleh seorang desainer dalam memecahkan berbagai masalah teknis untuk memenuhi kebutuhan yang berorientasi bisnis dari pelanggannya seraya menghadirkan sentuhan pribadinya sebagai seorang seniman.***

No comments

Powered by Blogger.