Perbedaan Teater dan Film - Seni Bermain Drama
SENITULAR - Secara substansi keduanya cenderung sama, sebab bergelut dalam bidang seni drama. Tetapi terdapat sebagian yang membuat 2 seni ini berbeda. Secara glamor Film ataupun sinetron lumayan menjanjikan sebab mereka mencari duit melalui seni peran, kebalikannya dengan teater yang cenderung dituntut menghidupi sesuatu kelompok.
Di Amerika, banyak artis Holywood saat sebelum mengawali memainkan drama pada suatu film wajib belajar beberapa tahun dahulu di suatu kelompok teater. Berbeda di Indonesia, tanpa kemampuan proses langsung dapat jadi artis karena viral atau punya banyak pengikut.
Misal pada fase model wanita sampul yang diseleksi buat memerankan tokoh utama pada suatu sinetron. Tetapi tidak seluruh artis di Indonesia yang “aji mumpung”, misalnya Didi Petet yang merintis keaktoran lewat proses teater, terdapat pula Rano Karno serta lain sebagainya.
Anggapan teater yang kurang menjanjikan buat kebutuhan masa depan memanglah dibenarkan oleh sebagian seniman teater. Semacam yang diungkapkan Ine Febriyanti dalam bincang sore Teater Salihara, “Secara komersil memanglah teater tidak menjanjikan, banyak artis yang timbul bukan dari teater,”
“Sementara itu teater ialah wadah saat sebelum para pemeran seni tampak di layar cermin. Walaupun tidak menjanjikan tetapi proses teater yang membuatku bergairah serta tertantang buat memainkan suatu peran,”
Artis yang pula sempat menyutradarai Tuhan pada jam 10 malam ini berharap para pemuda penggiat teater lebih menekuni kesenian ini yang nantinya hendak jadi bibit seniman nasional sebab Ine merasa kehabisan wujud seniman teater yang mumpuni di Indonesia semacam Rendra, Putu Wijaya, Arifin C Noer, serta lain lain.
Lalu apa perbandingan Teater dengan Film? Teater hendak memerlukan proses yang lama oleh para pemain sebab mereka dituntut menghafal serta menghayati bacaan lakon dengan sebagian adegan pada satu waktu, sebaliknya bermain film aktor cuma tiba membaca naskah setelah itu diperankan. Film ataupun sinetron hendak memerankan kepribadian yang sama dalam kurun waktu yang lama. Lagi dalam teater pemain dapat memerankan sebagian kedudukan sebab proses teater sangat luwes.
Kala bermain dipanggung para pemain teater wajib menghasilkan karakternya secara meruang, sebaliknya film lebih subtil sebab diambil lewat kamera serta pastinya ekspresi yang kokoh. Bila membaca bacaan pada film, pemain tidak butuh menguasai latar balik munculnya kata ataupun kalimat dalam bacaan lakon, berberda degan teater yang hendak mendalami lebih dalam iktikad bacaan yang tertulis.
Ratna Riantiarno sempat berkata bila proses teater dapat meningkatkan kebersamaan yang kokoh. Disitu tidak terdapat yang dipuja, seluruh wajib bekerja tercantum pemain. Sebab yang diurus dalam teater wajib bersama satu kelompok, berbeda dengan film yang memiliki kru tertentu. Tetapi proses yang sedemikian meletihkan seperti itu yang membuat jalinan alumni teater merasa mempunyai pada suatu kelompok teater.
Secara kesenian film hendak lebih berharga dimata konsumen( penikmat seni kedudukan). bersemangat warga menyaksikan film dibioskop sangat berbanding terbalik dengan pemirsa teater di panggung. Untuk penoton memandang teater lumayan berat dari segi audio ataupun visual. Lagi film hendak lebih memanjakan sebab dibantu teknologi yang telah sangat maju.
Merebaknya kelompok teater di bermacam sekolah serta universitas memunculkan harapan bila memainkan suatu kedudukan wajib lewat proses yang begitu panjang buat penampilan yang sempurna.***
Post a Comment