Naskah Teater Aduh Karya Putu Wijaya
SENITULAR - Naskah teater Aduh dibentuk dari sebagian faktor ialah tema, tokoh serta penokohan, latar ataupun setting, sudut pandang, serta style bahasa. Tema yang dinaikan oleh pengarang dalam membuat drama itu bisa jadi berkenaan dengan sosial. Kehidupan sosial yang tidak pantas buat dicontoh serta menimpa kehidupan sosial yang sangat tidak baik.
Lewat tema itu, Putu Wijaya meningkatkan cerita dalam wujud diskusi anatar tokoh guna mengantarkan amanat ataupun iktikad yang ngin ia sampaikan. Pengarang mengambil tema tentang sosial yang kurang baik dengan tujuan mengajak pembaca supaya tidak melaksanakan perihal yang sama semacam yang terdapat dalam cerita.
Tokoh serta penokohan yang terdapat dalam cerita naskah teater Aduh tidak nampak jelas. Pengarang cuma menuliskan tokoh dengan istilah`salah seorang` tanpa mengatakan nama tokoh- tokohnya. Perihal ini yang menyulitkan pembaca ataupun penikmat cerita drama itu sebab pembaca tidak dapat mengenali tokoh satu dengan tokoh yang yang lain.
Tokoh yang disebutkan dengan nama salah seseorang ialah nama universal yang terdapat dalam warga. Dengan istilah yang sama, pengarang berupaya menunjukkan sebagian tokoh dengan kepribadian yang berbeda- beda.
Misalnya saja terdapat 3 tokoh yang diberi istilah`salah seorang` oleh pengarang serta satu tokoh yang dijadikan sang sakit. Sang sakit ini lah yang hendak memunculkan konflik. Dengan memakai pemisalan semacam di atas, kita hendak mengidentifikasi kepribadian tiap- tiap tokoh. Kita mulai dari tokoh sang sakit.
Bersumber pada cerita dalam naskah teater Aduh, kita bisa membuat catatan kalau sang sakit ialah orang yang kurang baik. Perihal itu dilihat dari perilakunya dikala berjumpa dengan sebagian sekumpulan orang di sesuatu tempat. Sang sakit diam saja tidak membagikan penjelasan apa-apa kepada para sekumpulan yang membicarakannya.
Tidak hanya itu, sang sakit yang terlunta-lunta serta berakhir dengan kematian, tetapi sehabis wafat ia masih saja merepotkan orang banyak serta mayatnya juga berkelakuan tidak baik semacam yang sudah dikisahkan dalam naskah drama. Sedangkanuntuk tokoh salah seseorang yang awal kita sebut dengan kepribadian yang hirau, memiliki energi iba yang besar, serta penurut.
Perihal itu nampak dikala terdapat orang yang tergeletak, ia berupaya buat memandang serta mendekatinya dan menanyai sang sakit. Tindakannya itu ialah dini niatnya buat membantu sang sakit yang baru saja tiba di hadapannya. Salah seseorang yang kedua kita beri sebut seorang yang berkarakter penuh curiga serta prasangka kurang baik, dan berupaya belajar dari pengalaman.
Perihal itu nampak dalam dialog- dialog tokoh yang mengatakan kalau seorang itu tidak ingin membantu sang sakit dengan alibi kalau sang sakit itu cuma pura- pura cocok dengan pengalamannya pada sebagian waktu yang kemudian. Serta salah seseorang yang ketiga misalnya kita beri kepribadian yang kurang baik sebab dalam kondisi yang genting semacam itu ia masih saja menyempatkan dirinya buat merampok sang sakit yang sudah wafat.
Dipaparkan dalam cerita kalau buat merampok sang sakit, ia berupaya menakut- nakuti sahabatnya. Begitu rasanya kepribadian dari sebagian tokoh yang terdapat dalam drama Aduh tersebut.
Latar yang ditampilkan oleh pengarang pada drama itu pula tidak jelas. Cuma terdapat satu latar yang mendominasi cerita tersebut ialah di suatu jalur ataupun lebih tepatnya pinggir jalur. Latar ataupun setting itu juga belum seluruhnya benar sebab pengarang tidak mengatakan secara tesurat dalam naskah drama.
Tetapi, bisa kita sebut kalau latar dalam cerita merupakan jalur ataupun pinggir jalur sebab, dalam cerita disebutkan terdapat segerombolan orang yang lagi melaksanakan sesuatu pekerjaan serta mereka menghentikan pekerjaanya sebab terdapat mobil yang melalui serta merendahkan orang setelah itu mobil itu berangkat lagi. Yang mananya tempat yang digunakan buat melalui mobil tidak lain merupakan jalur. Dengan alibi semacam itu, hingga aku merumuskan latar dalam cerita itu merupakan jalur. Di jalur seperti itu cerita dibentuk serta di jalur itu pula terjalin konflik.
Baca Juga : Naskah Teater Anu Karya Putu Wijaya
Dalam cerita drama ini, pengarang berperan selaku orang ketiga serba ketahui. Perihal itu sebab pengarang tidak turut andil dalam cerita, tetapi pengarang mengenali secara perinci jalur cerita.
Kedua merupakan analisis bersumber pada pendekatan mimesis. Pendekatan ini mangulas menimpa latar balik area warga tempat karya sastra berbentuk drama itu timbul serta tumbuh. Mengingat pengarang naskah drama Aduh ini merupakan seseorang sastrawan populer bernama Putu Wijaya, hingga cerita yang terdapat dalam naskah drama ini mungkin pula tidak jauh- jauh dari kehidupan warga pada era itu.
Pengarang merupakan seseorang satrawan yang lahir serta besar di Bali, tetapi dikala pembuatan naskah drama ini dia telah tidak menetap di Bali lagi melainkan di Jawa. Naskah drama Aduh diciptakan dekat tahun 1973. Kita tahu kalau pada era itu, warga belum seluruhnya memahami pembelajaran.
Jadi, tidak menutup mungkin untuk orang-orang yang lemah berkembang selaku orang yang bodoh. Kebodohan hendak memunculkan orang tidak cekatan dalam berperan. Sebab keahlian ynag terbatas itu, hingga mungkin besar orang hendak lama berperan ataupun lama dalam menyikapi sesuatu perihal.
Dari kondisi warga yang semacam itu, mungkin pengarang mengambil tema cerita semacam yang ditampilkan dalam drama Aduh. Dalam drama Aduh itu dikisahkan betapa bodohnya orang dikala itu dalam menyikapi sesuatu perkara.
Ketiga merupakan analisis bersumber pada pendekatan ekspresif. Pendekatan ini mangulas menimpa ikatan pengarang selaku pencipta karya sastra itu dengan karya sastra itu sendiri. Semacam yang telah aku sebutkan lebih dahulu, pengarang naskah drama Aduh merupakan Putu Wijaya. Pengarang bernama asli I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Dia hidup saat sebelum negeri ini merdeka, ialah pada tahun 1944.
Pengarang mempunyai kehidupan yang komplek dengan keluarga yang besar serta area perumahan yang luas. Pengarang hidup dalam keluarga yang gemar membaca, bisa jadi sebab seperti itu pengarang mempunyai keahlian yang menonjol pada bidang bahasa. Pengarang sebetulnya bukan lah lulusan dari fakultas sastra, melainkan dari fakultas hokum.
Tetapi, keahlian dia menulis sangat hebat. Bersumber pada pengalamannya dalam kehidupan tiap harinya serta pengamatannya, pengarang berupaya menyelipkan faktor maslah yang berkenaan dengan hokum dalam cerita dramanya. Permasalahan itu misalnya saat- saat orang yang memakai peluang yang kecil buat memperoleh suatu ataupun melakukan aksi pencurian terhadap orang yang lemah. Bukankah perihal itu mencerminkan kehidupan hukum yang lagi digelutinya?
Tidak hanya itu, pengarang memakai istilah buat para tokohnya dengan istilah salah seseorang, sang sakit, serta lain sebagainya yang ialah istilah universal. Bila perihal itu aku sangkutpautkan dengan pengalaman pengarang, perihal itu masuk ide. Perihal itu sebab kehidupan pengarang yang bergelut dalam dunia hukum semacam jurusan perkuliahan yang dia ambil, perihal semacam itu telah biasa disebutkan.
Dalam dunia hokum, orang biasa memakai sebutan- sebutan universal, semacam kerabat tersangka, kerabat penuntut, jaksa, serta lain sebagainya. Dengan begitu, penyebutan nama tokoh dengan memakai ungkapan salah seseorang ialah gambaran dari perihal itu.
Pada saat naskah teater Aduh terbuat ataupun diekspos merupakan dalam sayembara mengarang drama dewan kesenian Jakarta pada tahun 1973 serta memperoleh juara awal. Mengingat pengarang lahir pada tahun 1944, hingga pada umur 29 tahun pengarang membuat naskah drama itu. Diusianya yang telah cukup matang, pengarang sukses mengambil arti kehidupan dalam naskah dramanya.
Terlebih saat era naskah drama Aduh itu terbuat, pengarang sudah tergabung dalam sesuatu organisasi permajalahan serta dia berfungsi selaku wartawan. Sudah kita tahu kalau kehidupan ataupun kegiatan wartawan merupakan mencari kabar serta menggerumuni suatu yang berkaitan dengan kabar.
Kehidupan itu pula ditampilkan oleh pengarang dalam naskah drama Aduh yang dibuatnya. Perihal itu nampak pada adegan orang yang menggerumuni orang sakit. Kita ibaratkan sang sakit merupakan sumber kabar. Tetapi, bila berhubungan dengan nilai- nilai kehidupan yang terdapat, hingga pengarang sukses menguak sesuatu pelajaran buat di informasikan kepada pembaca.
Perihal itu ditampilkannya pada adegan yang orang khawatir dengan hantu, sementara itu hantu itu cuma rekayasa salah seseorang yang lain. Tidak hanya itu, pengarang pula menunjukkan tokoh sang sakit yang sangat mengidap tetapi tidak lekas memperoleh pertolongan serta sang sakit jadi mayat dan sehabis jadi mayat, sang mayat itu kentut serta menghasilkan cairan.
Perihal itu bisa kita ambil pelajaran bisa jadi saja sang sakit itu merupakan orang yang tidak baik, hingga dari itu hingga ia mati juga menyusahkan orang lain serta tidak memperoleh atensi. Jadi, cerita dalam naskah drama Aduh itu terdapat hubungannya dengan kehidupan pengarang.
Keempat merupakan analisis bersumber pada pendekatan pragmatis. Pendekatan ini mangulas menimpa ikatan karya sastra dengan pembaca ataupun penikmatnya. Mengingat kalau naskah drama Aduh ialah naskah drama yang jadi pemenang dalam sayembara dewan kesenian se- Jakarta, hingga dari itu penikmat naskah drama ini tidak lain merupakan orang- orang ynag berpengalaman dalam bidangnya.
Drama Aduh memperoleh juara awal bisa jadi sebab ceritanya yang unik. Pengarang berupaya menunjukkan konflik yang simpel tetapi rumit penyelesaiannya disebabkan tokoh yang diberi kepribadian semacam itu. Bisa jadi pengarang terencana membuat naskah drama dengan model cerita yang rumit serta tokoh yang universal penyebutannya sebab bisa jadi bagi pengarang penikmat naskah drama dikala itu merupakan para juri sastrawan yang hebat. Jadi, waluapun dengan model cerita drama semacam itu, para juri tidak merasa kesusahan dalam menguasai.
Sehabis karya sastra yang berbentuk naskah drama bertajuk Aduh ini tumbuh di warga, hingga bagi aku naskah drama itu tidak cuma tumbuh di golongan para satrawan besar. Tidak sering aku temukan naskah drama ini di sekolah- sekolah menengah atas ataupun menengah. Perihal itu bisa jadi sebab kerumitan ceritanya yang susah diterima nalar.
Tetapi, oleh para penikmatnya, cerita yang ditampilkan dalam naskah drama ini sangat membagikan khasiat serta pelajaran untuk pembacanya. Mulai dari peristiwa debat yang dicoba oleh para tokoh salah seseorang yang berujung dengan konflik, perihal itu memiliki arti kalau musyawarah pula terdapat batasnya.
Terdapat pula tingkah tokoh sakit yang tidak secepatnya memperoleh dorongan, bisa jadi terdapat teka- teki dalam perihal ini. Peristiwa itu hendak membuat pembaca berpikir tentang latar balik peristiwa itu terjalin serta mengait- kaitkan perihal itu dengan kehidupannya tiap hari.
Untuk pembaca, peristiwa yang terdapat dalam drama itu tidak normal bila berhubungan dengan kehidupannya tiap hari. Bila dalam kehidupan saat ini ini, bisa jadi bila terdapat perihal semacam itu orang hendak cepat- cepat memberi tahu pada yang berwenang.
Tidak hanya itu pula, terdapatnya perilaku mayat yang aneh hendak membuat pembaca menafsirkan perihal yang tidak baik. Tiap peristiwa yang terdapat dalam naskah drama itu hendak mempengaruhi pada penfsiran pembaca tentang perihal yang mau di informasikan pengarang.
Untuk membaca lebih lengkap naskah teater Anu Karya Putu Wijaya dapat download di LINK BERIKUT.***
Post a Comment