Header Ads

Konsep Pertunjukan Tari Tradisi

Konsep Pertunjukan Tari Tradisi

SENITULAR - Pertunjukan tari tradisi dapat dijadikan sebagai kegiatan apresiasi seni untuk mengembangkan kreativitas. Mengingat bahwa kegiatan seni tari sebagai tontonan yang melibatkan dua pihak, antara pencipta seni (seniman) dan penikmat seni (apresiator), agar mendapat tanggapan dan penilaian.

Seniman menciptakan karya seni bertujuan untuk mengaktualisasi seni yang diciptakan, sedangkan bagi penikmat seni dapat menjadi bahan apresiasi. Tentu saja harus didukung dengan cabang seni yang lainnya, seingga pertunjukan seni tersebut akan terlihat sempurna.

Proses pertunjukan seni biasanya mencakup penyajian karya-karya seni yang sesuai dengan program acara, posisi pemain (blocking), tata lampu, desain panggung, pengaturan buka tutupnya layar panggung, petugas yang mempersiapkan materi yang akan dimainkan, petugas yang mengatur apresiasi penonton berupa kordinasi saat tepuk tangan, petugas yang mengatur keluar-masuknya pemain, petugas yang mengatur kostum dan tata rias pemain musik, dan lain-lain.

Begitu pula dengan pertunjukan tari tradisi yang bentuk penyajiannya dapat dilakukan secara tunggal, berpasangan maupun kelompok. Sesuai dengan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), istilah pertunjukan berarti sesuatu yang dipertunjukkan atau tontonan (bioskop, wayang, dan sebagainya), atau juga pameran. Penyelenggaraan pertunjukan seni tari pada dasarnya latihan dalam berorganisasi yang memerlukan cara kerja yang sistematik.

Artinya seni pertunjukan yang merupakan suatu bentuk karya seni yang menggabungkan elemen-elemen bentuk seni yang lainnya, seperti seni rupa, film, musik, tari dan drama, yang dalam penyajiannya melibatkan pelaku dengan berbagai tema. Karya seni tari pada umumnya ditampilkan dengan mengutamakan keindahan gerakan tubuh.  

Gerakan tubuh dalam sebuah karya tari memiliki unsur-unsur tari. Penguasaan terhadap ragam gerak dasar tari juga menjadi hal utama yang sebaiknya dipelajari agar mampu menampilkan ragam gerak tari. Setelah memahami unsur-unsur tari, peserta didik hendaknya memahami konsep. Teknik serta prosedur dalam tari juga menjadi hal yang penting untuk dikuasai. Berikut ini adalah penjelasakan mengenai bentuk tari, yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu tari tunggal, berpasangan dan kelompok.

Tari Tunggal

Tari tunggal merupakan bentuk tari yang komposisi gerakannya sudah diarahkan atau diatur untuk ditampilkan hanya satu orang penari. Tari tunggal bisa ditarikan oleh seorang putri ataupun putra. Tari tunggal tidak mutlak ditarikan oleh seorang penari, tetapi bisa ditarikan oleh beberapa orang.

Sebagai contoh pada bentuk tari tunggal tradisional, gerak tarinya merupakan penggambaran binatang, kegiatan manusia, penokohan dari suatu cerita atau penggambaran seorang tokoh dalam cerita tertentu. Syarat untuk menjadi penari tunggal yang baik antara lain penari dapat memahami karakter dan isi tema tari, menguasai ragam gerak sesuai susunan gerak tarinya (koreografinya), menguasai irama dan ruang pentas, dan tentu harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Berikut ini adalah beberapa contoh tari tradisional tunggal.

Tari Tunggal Putri

Tari Gambyong dari Jawa Tengah 

Tari Gambyong diciptakan oleh S. Maridi. yang menggambarkan kelembutan dan kecantikan seorang wanita Jawa Tengah melalui gerakan-gerakannya.  Pada awalnya, tari Gambyong diciptakan untuk ditarikan satu orang penari saja, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, tari ini bisa ditarikan lebih dari dua orang atau banyak orang. Tata rias yang digunakan adalah rias korektif dengan busana menggunakan kain dan kemben atau dodotan serta bersanggul konde. Berikut adalah contoh salah satu jenis tari, yaitu tari Gambyong Pangkur.

Tari Pendet dari Bali

Tari Pendet lahir tahun 1950 sebagai pelengkap upacara Piodalan di Pura atau tempat suci keluarga, sebagai lambang rasa syukur, hormat, dan sukacita saat menyambut kehadiran pada Dewata yang turun dari khayangan. Tari Pendet pada masa sekarang menjadi tari penyambutan tamu dan tari pembuka. Penggagas tari Pendet adalah I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. Kemudian dikembangkan oleh I Wayan Beratha. Perkembangannya sekarang tari Pendet berfungsi sebagai tarian selamat datang.

Tari Keser Bojong dari Bandung Jawa Barat

Tari Jaipongan Keser Bojong berasal dari Bandung Jawa Barat yang diciptakan oleh Gugum Gumbira Tirasonjaya pada tahun 1978. Tarian ini menggambarkan ungkapan tentang pergeseran nilai-nilai kehidupan dalam upaya mencapai tujuan. Keser artinya bergerak/bergeser dari tempat asal ke tempat lain atau perubahan suatu posisi yang lebih tepat. Bojong adalah nama tempat diciptakannya tarian tersebut yaitu Bojongloa.

Tari Tunggal Putra

Tari Topeng Kelana dari Cirebon Jawa Barat

Tari Topeng Kelana berasal dari Cirebon Jawa Barat. Tarian ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Singosari yang pada mulanya hanya boleh ditarikan di dalam keraton saja. Properti yang digunakan adalah topeng, dan ditarikan oleh pria. Tari Topeng Klana menggambarkan seseorang yang memiliki tabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. Tarian ini banyak disukai penonton karena gerakan-gerakannya dinamis dan patah-patah.

Tari Baris dari Bali

Tari baris diperkirakan telah ada pada pertengahan abad ke-16. Dugaan ini didasarkan pada informasi yang terdapat pada Kidung Sunda, diperkirakan berasal dari tahun 1550 Masehi. Pada naskah tersebut, terdapat keterangan mengenai adanya tujuh jenis tari baris yang dibawakan dalam upacara kremasi di Jawa Timur. Gerak-gerak dalam Tari Baris menceritakan ketangguhan para prajurit Bali di masa lalu.

Kedua pundak penari diangkat hingga hampir setinggi telinga. Kedua lengan nyaris selalu pada posisi horizontal dengan gerak yang tegas. Gerak khas lainnya yang ada pada Tari Baris adalah seledet dan gerak delik mata penari yang senantiasa berubah-ubah. Gerak ini menggambarkan sifat para prajurit yang senantiasa awas terhadap situasi di sekitarnya (Adree, 2021).

Tari Berpasangan

Tari berpasangan atau duet adalah tarian yang dibawakan oleh dua penari. Untuk tarian duet tersebut, penari dapat berpasangan sejenis (pria dengan pria atau wanita dengan wanita) atau berpasangan tidak sejenis (pria dengan wanita). Setiap penari dalam tari berpasangan mempunyai peran tersendiri. Penari satu dengan yang lain saling melengkapi atau memiliki kaitan erat dalam pengolahan gerak tarinya. Persiapan dalam membawakan bentuk tari berpasangan sama dengan persiapan yang dilakukan pada tari tunggal, yang perlu diperhatikan adalah keterlatihan dengan pasangan penari untuk mewujudkan keserasian atau keharmonisan.

Tari Kelompok/Massal

Dalam tari kelompok, dikenal tari massal dan drama tari. Tari massal dibawakan oleh banyak penari. Gerakan setiap penari tidak saling berkaitan dan tidak saling melengkapi satu sama lain. Jadi, tari massal pada dasarnya hanya merupakan tari bersama atau berkelompok tanpa ada kaitan erat dari segi tatanan gerak.

Namun, sekarang posisi penari atau pola lantai tari massal diatur sedemikian rupa sehingga meningkat nilai artistiknya. Karya tari yang sering ditarikan secara massal dan telah digarap posisi penarinya, misalnya, tari Giring-Giring dari Kalimantan, tari Ratoh Jaroe dari Aceh, dan tari Merak dari Jawa barat.

Selain dalam bentuk tari massal, tari kelompok juga dipertunjukkan dalam bentuk drama tari atau disebut dengan istilah teater tari. Dalam pertunjukan drama tari atau teater tari disajikan cerita lengkap atau sebagian (fragmen). Pertunjukan tersebut tersusun atas adegan demi adegan atau babak demi babak. Dalam setiap adegan, minimal ditampilkan dua tokoh cerita di samping pemeran-pemeran pembantu.

Pada dasarnya, drama tari merupakan dramatisasi cerita ke dalam media tari. Ada drama tari yang berdialog dan ada pula yang tanpa dialog. Drama tari yang berdialog atau menggunakan percakapan, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu drama tari yang dialognya diucapkan langsung oleh pelaku dan penarinya tanpa bertopeng. Kelompok kedua, yaitu drama tari yang dialognya diucapkan oleh Dalang dan penarinya bertopeng.

Pertunjukan tari tradisi, dipertunjukkan dalam bentuk sajian tari yang dapat dilakukan secara tunggal, berpasangan maupun kelompok. Pertunjukan tari tradisi secara tunggal merupakan bentuk penyajian yang dilakukan oleh satu orang penari. Bentuk penyajian tari tradisi secara berpasangan merupakan bentuk penyajian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara berpasangan baik perempuan dengan laki-laki, lakilaki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.

Pertunjukan tari tradisi secara kelompok merupakan bentuk penyajian yang dilakukan lebih dari dua orang penari. Perkembangan tari sebagai seni pertunjukan akan terus berkembang sampai sekarang, baik untuk tourism (sebagai paket wisata) maupun untuk pertunjukan, misalnya di Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, forum festival seni dan kota-kota lainnya yang terdapat gedung kesenian atau tempat pertunjukan termasuk pertunjukan seni sebagai misi kesenian ke luar negeri.

Berbagai peristiwa seni pertunjukan tari lintas budaya dapat menumbuhkan rasa toleransi, rasa saling menghargai dan saling mengapresiasi dikalangan masyarakat tradisi Indonesia yang kondisinya multikultural.***

No comments

Powered by Blogger.