Komposisi Gambar Anak
SENITULAR - Selain gaya yang dominan muncul dalam karya gambar anak, komposisi atau susunan gambar anak juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.
Ada beberapa jenis komposisi karya seni rupa anak yang umum menurut Lowenfeld dan Brittain (1975: 60-191) yaitu sebagai berikut:
Garis Sumbu (Base Line)
Karakteristik lukisan berkomposisi berdiri di atas garis dasar ini merupakan kebiasaan anak. Jika dilihat dari sudut perkembangan kejiwaannya, anak masih mengalami kebingungan menentukan bentuk perspektif.
Gambar ini memiliki ciri umum yaitu garis dasar (base line) sebagai bentuk dari daratan (landscape) sebagaimana dikemukakan Lowenfeld dan Brittain (1975: 191) bahwa:
“The base line is used at one time to symbolize the base on which things stand and at another time to represent the surface of the landscape”
Lipatan (Folding Over)
Jenis gambar dengan skema folding over juga ditandai dengan kepekaan anak terhadap jarak dan perspektif, tetapi digambarkan dengan posisi seperti lipatan (fold) pada kertas sebagaimana dikemukakan Lowenfeld dan Brittain (1975: 193) bahwa:
“By folding over we mean the process of creating a space concept by drawing objects that appear to be drawn upside down”.
Rekonstruksi atau skema gambar anak dengan komposisi folding over dikemukakan oleh Pamadhi (2012: 177) bahwa:
Komposisi ini tidak jauh dari sifat gambar berdiri di atas garis dasar. Bagi anak tertentu yang lebih bebas dalam menuangkan gagasan gambar yang berdiri di atas garis dasar dikomposisikan melingkar sehingga dilihat dari empat penjuru; muka – belakang (A1 – A2), kanan – kiri (C1 – C2) demikian pula atas – bawah (B1 – B2).
Sehubungan dengan taraf pemikiran masih belum mampu membuat perspektif, maka posisi muka belakang dilihat dari pandangan yang sama. Jika akan melihat sebuah kotak, A1 dilihat dari depan, A2 dilihat dari A1 dengan menghilangkan sisi depannya. A1X adalah rebahan A1 yang dilihat dari posisi belakang melihat ke depan; demikian selanjutnya untuk posisi B1 – B2.
Posisi Sejajar (Juxta Position)
“Juxta position atau sering disebut posisi tumpang tindih; dalam menggambar anak meletakkan posisi objek yang jauh berada di atas. Persepsi ini seperti dalam lukisan kuno (tradisi) dimana objek yang berada di posisi jauh terlihat diatas” (Pamadhi, 2012: 176).
Tipe gambar ini masih termasuk dalam gambar dengan skema base line, hanya disini anak sudah mulai peka akan teori perspektif sebagaimana pendapat Lowenfeld dan Brittain (1975:193) bahwa:
“The showing of two base lines is a later development, and is a step toward perspective as we know it in drawings”.
Pola Meniru (Stereotype)
Gambar dengan jenis ini merupakan bentuk pengulangan berulang dari sebuah objek, baik itu garis atau bidang sebagaimana dikemukakan oleh Lowenfeld dan Brittain (1964: 60) bahwa:
Frequent stereotyped repetitions are usually seen in the drawings of children who have adjustment difficulties. Every adjustment to a new situation implies flexibility, flexibility in thinking and also in imagination. In severe cases of emotional maladjustments the ability to adjust to new situations may be extremely low.
Gambar dengan pengulangan stereotype tidak memiliki makna khusus, namun disini anak menyertakan sisi emosionalnya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa mata pelajaran yang berkaitan dengan simbol dan aritmatika, misalnya menghitung sepuluh layang-layang dan sebagainya.
Menurut Lowenfeld dan Brittain (1975: 33) dikemukakan bahwa pengulangan bentuk stereotype merupakan:
- A stereotyped repetition does not show any changes, whereas a flexible use of a symbol can be readily seen by changes and modifications.
- An emotionally unresponsive child may express his detached feelings by not including anything personal in his creative work.
- An escape into a pattern is a protection from exposure to the world of experiences.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang cenderung merasa nyaman akan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dalam berekspresi kreatif dan percaya diri dengan ekspresi artistik mereka.
Tembus Pandang (X-Ray)
Dari istilah yang digunakan dapat dibayangkan bagaimana bentuk gambar anak dengan komposisi X-Ray ini. Sifat umum dari gambar jenis ini yaitu tembus pandang yang memperlihatkan objek yang seharusnya tidak tampak sebagaimana dikemukakan Lowenfeld dan Brittain (1964: 159) sebagai berikut:
A child uses another most interesting nonvisual way of representation to show different views that could not possibly be perceived visually at the same time. He depicts the inside and outside of a building or other enclosure simultaneously.
This can be seen whenever the inside is of greater importance for the child than is the outside of the structure. In the very same way as the child depicts plan and elevation at the same time to show significant "views," while apparently unaware of the impossibility of such a visual concept, he mixes up the inside and outside concepts within his drawing.
Sometimes if the child becomes so bound up with the inside, he will completely "forget" that there is an outside and drop this outside altogether. Frequently, however, part of the inside and part of the outside are shown together as if the outside were transparent.
Anak menggunakan gambar dengan gaya tembus pandang diperkirakan untuk menunjukkan signifikansi atau kepentingan dari bagian gambar yang berada di dalam objek dan seharusnya tidak terlihat.
Hal ini dimaksudkan anak bahwa objek yang digambarnya memiliki unsur penting pada bagian yang ingin dia tunjukkan pada orang lain, dengan menghilangkan struktur luar gambar sehingga gambar yang dibuat bersifat tembus pandang.
Gaya dan gambar anak yang telah dijelaskan di atas dapat memberikan gambaran bahwa anak dengan segala ekspresi dan spontanitasnya ternyata memiliki imajinasi dan keunikan tersendiri lewat karya seninya.
Kreativitas anak dalam periodenya tersebut sangat potensial untuk digali tentang bagaimana anak menanggapi sebuah aspek keindahan atau seni itu sendiri.***
Post a Comment