Jenis Tari Berdasarkan Bentuk Penyajian
SENITULAR - Secara umum tarian berdasarkan penyajiannya dapat diklasifikasikan menjadi bagan di bawah ini adalah sebagai berikut:
Tari Primitif
Tari Primitif dikoreografi berorientasi pada segi artistik. Tarian ini berarti digarap lebih menekankan pada segi estetika seni. Tarian jenis ini secara umum berkembang di masyarakat yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Tari Primitif biasanya merupakan wujud kehendak, berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Dengan demikian tarian ini lebih dengan pernyataan maksud masyarakat dalam melaksanakan keinginan bersama.
Ciri-ciri tari Primitif pada dasarnya dalam bentuk koreografi sederhana, bertujuan untuk kehendak tertentu, sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan yang diinginkan. Ciri-ciri tersebut seperti:
- Gerak dan iringan sangat sederhana, berupa hentakan kaki, tepukan tangan atau simbol suara atau gerak-gerak saja yang dilakukan.
- Gerakan dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya menirukan gerak binatang, karena akan berburu, proses inisiasi (pemotongan gigi), pesta kelahiran, perkawinan, keberuntungan panen, dan sebagainya.
- Instrumen sangat sederhana, terdiri dari tifa, kendang atau instrumen yang hanya dipukul-pukul secara tetap, bahkan tanpa memperhatian dinamika,
- Tata rias masih sederhana, bahkan biasa berakulturasi dengan alam sekitar,
- Tari ini bersifat sakral, tarian ini untuk keperluan upacara keagamaan/kepercayaan
- Tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat sejak zaman prasejarah yang memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme, keunikan tari primitif walaupun gerak, musik, dan ornamen maupun tata pemanggungan sederhana namun masih tetap menarik. Budaya ini luntur akibat hilang kebersamaan dengan pola pikir masyarakat primitif,
- Tarian primitif dasar geraknya adalah maksud atau kehendak hati, dan pernyataan kolektif
- Tarian primitif berkembang pada masyarakat yang menganut pola tradisi primitif atau purba dimana berhubungan dengan pemujaan nenek moyang dan penyembahan leluhur.
Tari Tradisional
Tari Tradisional adalah tari yang secara koreografis telah mengalami proses garap yang sudah baku. Tarian tradisional telah mengalami proses kulturasi atau pewarisan budaya yang cukup lama.
Jenis tarian ini bertumpu pada pola-pola tradisi atau kebiasaan yang sudah ada dari nenek moyang, garapan tari bersifat pewarisan kultur budaya yang disampaikan secara turuntemurun.
Contoh tarian di bawah ini yang masih kental dengan kultur tradisi seperti Tari Gruda (Bali), Tari Gambyong (Jateng), Tari Baladewa Kresna (Surakarta), Bedoyo (Yogya-Surakarta).
Tari ada yang digarap berdasarkan konsep tradisional. Beberapa contoh tari di bawah ini adalah konsep garapan tari yang berpijak pada tari tradisional adalah tari Gejolak (Garapan Tradisi Jambi), Gumyak (garapan tradisi BanyumasJateng), tari Bersih Desa (Garapan Tradisi Jawa Timur), tari Trandak dari (Nusa Tenggara Timur).
Pada sisi lain tari tradisional secara jelas dikelompokkan lagi ke dalam tiga jenis tarian yang meliputi tari primitif, tari rakyat, dan tari klasik. Pembahasan yang berhubungan dengan jenisjenis tari tersebut di atas agar lebih fokus dapat diuraikan melalui uraian berikut.
Baca Juga : Jenis Iringan Tari Tradisional
Tari Rakyat
Tarian ini berorientasi pada koreografi yang berkembang di masyarakat. Tarian Pergaulan dapat dilihat di lingkungan masyarakat pendukung yang bersangkutan. Tari pergaulan ini lahir dan berkembang di lingkungan masyarakat luas.
Konsep koreografi sederhana, berpola pada tradisi yang sudah lama diakui sebagai bagian kehidupan masyarakat sekitar, menjadi milik masyarakat sebagai warisan budaya yang sudah ada. Contohnya : Tari Ketuk Tilu (dari Jawa Barat), Tari Tayuban (dari Jawa Tengah), Tari Lengger (dari Banyumas), Tari Gandrung (dari Banyuwangi).
Tari Klasik/ Istana
Tari ini lahir dan berkembang di lingkungan istana atau kalangan priyayi . Tari ini telah mengalami proses kristalisasi melalui tata garap secara artistik yang tinggi. Garapan tarian telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup lama.
Konsep penataan telah terbentuk setelah mengalami perubahan yang matang. Contoh jenis tarian ini antara lain Tari Bedhoyo (dari Surakarta/Jawa Tengah, Yogyakarta), Tari Legong (Bali), Tari Klana Cirebon (Jawa Barat).
Langen Mandra Wanara adalah tarian yang dilakukan dengan konsep menari secara jongkok. Penari ke luar dan masuk dari wings/sisi kanan dan kiri panggung. Gaya tari yang dipertunjukan termasuk gaya tari klasik Yogyakarta. Sebagian banyak konsep pemanggungan dilaksanakan/dipentaskan dalam bentuk pendopo.
Mahasiswa dan Dosen Isi Yogyakarta pernah menampilkan pemanggungan di pentas Proscenium, konsep tersebut banyak mengalami kendala. Di sisi lain ada bentuk-bentuk tarian klasik dalam bentuk garapan dapat dikatagori dengan garapan tari dengan berdialog.
Pada jenis tarian ini cenderung memanfaatkan unsure dialog prosa memberi corak dan bentuk yang sekaligus menjadi lebel jenis tarian ini. Secara lengkap jenis tarian ini disebut Wayang Orang (Wayang Wong). Wayang Wong adalah drama tari dengan dialog prosa, yang mengambil ceritera dari Ramayana dan Mahabarata.
Tari nontradisional/ Kreasi Baru
Tari Nontradisional adalah tarian yang tidak berpijak pada pola tradisi dan aturan yang sudah baku.Tarian ini merupakan bentuk ekspresi diri yang memiliki aturan yang lebiht bebas, namun secara konseptual tetap mempunyai aturan.
Contohnya tari-tari karya Bagong Kusudiardjo (Tari Yapong, Tari Wira Pertiwi, dan sebagainya), Tari Cantik (karya Wiwik Widyastuti), Tari Gitek Balen (karya Abdul Rochim), Tari Nandak Ganjen (karya Entong Sukirman).***
Post a Comment