Header Ads

Naskah Teater Matahari di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C. Noer

Naskah Teater Matahari di Sebuah Jalan Kecil

SENI TULAR - Naskah teater Matahari di Sebuah Jalan Kecil merupakan karya epik dari Arifin C. Noer. Sinopsi naskah tersebut dimuali dari Indonesia pada masa-masa mencekik, kondisi ekonomi yang tidak normal, banyak harga bahan pangan yang melejit besar sebab terus hadapi peningkatan.

Akibat peristiwa ini, naskah teater Matahari di Sebuah Jalan Kecil banyak warga Indonesia yang hidup sulit penuh dengan ketidaksejateraan sehingga memunculkan tindak kejahatan di salah satu bagian kehidupan. Rakyat miskin terus menjadi miskin serta rakyat menengah ke atas terbuat tidak berdaya.

Sindiran sosial politik pada naskah Matahari di Sebuah Jalan Kecil menyebabka pencurian serta penipuan tidak bisa dihindarkan lagi. Warga telah mengabaikan hak kepunyaan orang lain, apa yang diidamkan bisa dipunyai meski itu bukan miliknya.

Mencuri serta menipu telah jadi jalur terakhir untuk mereka yang merasa kepepet sebab tidak memiliki opsi lain. Kecacatan dalam kehidupan warga ini seakan tidak bisa dicegah. Para pencuri serta penipu mempunyai trik serta metode pintar dalam melaksanakan aksinya.

Di suatu jalur kecil yang kecil, cuma dilalui oleh kendaraan-kendaraan dalam jumlah kecil, di sampingnya ialah pabrik es yang bangunannya tua, disitulah Simbok, seseorang orang dagang pecel dikelabui oleh seseorang pemuda.

Awal mulanya Simbok tidak menyimpan keyakinan sama sekali kepada Pemuda yang mengaku tidak bawa duit buat membayar pecel serta santapan yang dijajakan Simbok. Pemuda itu baru awal kali nampak di Kampung Pegulen. Ia mengaku masyarakat baru yang berasal dari Muntilan.

Kerutinan menge-bon memanglah telah jadi Kerutinan para pelanggan Simbok namun perihal ini berlaku untuk pelanggan- pelanggan yang telah diketahui saja. Simbok kerap ditipu oleh pembeli baru yang mengaku tidak mempunyai duit ataupun semacamnya semacam peristiwa Pemuda itu. Oleh sebab itu Simbok lebih berjaga-jaga dalam mengalami para pembeli pecelnya.

Kampung Pegulen baru saja kecolongan. Penjaga malam juga terbuat bangun kesiangan gara-gara mengejar maling yang tadi malam sukses lolos. Peristiwa ini jadi percakapan hangat pada hari selanjutnya. Tetapi, lain halnya dengan Sang Pendek, ia tidak ketahui peristiwa kecolongan yang terjalin, ia juga terus bertanya menginterogasi Penjaga Malam.

Pagi itu Sombok kembali menjajakan pecel. Semacam biasa, para pelanggan pecel Simbok menge-bon makanan. Sang Tua, Sang Peci, Sang Kacamata, Sang Tua, Sang Kurus, serta Sang Pendek menikmati santapan yang disediakan Simbok. Sambil menyantap santapan, mereka meringik sebab jatah pecel Simbok terus menjadi lama terus menjadi sedikit.

Sang Pendek merupakan salah satu dari mereka yang berlagak bijaksana mengalami terus menjadi mahalnya kebutuhan pangan. Seluruh orang itu terbuat paham serta menguasai kondisi ini. Pemuda turut bergabung membeli santapan Simbok. Ia menjajaki arah pembicaraan orang- orang Kampung Pegulen.


Baca Juga : Naskah Teater Antigone Karya Sophokles


Sehabis terdengar bunyi lonceng ciri diawali kembali jam kerja, para pekerja itu lekas membayar santapan serta bekerja. Namun tidak dengan Sang Pendek, ia menge-bon santapan. Sang Pemuda nampak merogoh-rogoh saku celana membuat Simbok jadi penasaran.

Nyatanya dompet Pemuda itu tertinggal di saku celana lain, yang dikenakannya dikala malam hari. Keributan yang ditimbulkan Simbok serta Sang Pemuda terdengar sampai- sampai Sang Kurus keluar lagi dari tempat kerja. Usaha Sang Pemuda buat kembali mengambil dompet di rumah dicegah oleh Simbok serta Sang Kurus.

Simbok takut bila ia tertipu oleh ulah pembeli makanannya. Sang Peci juga mendengar keributan yang terjalin serta ia timbul di jendela. Ia menyambar percakapan. Sang Kurus serta Sang Peci berupaya menolong Simbok dengan memforsir Sang Pemuda buat membayar makanan.

Walhasil, Sang Pemuda senantiasa bersikeras menarangkan kalau ia tidak bisa membayar santapan yang sudah dimakannya sebab dompetnya tertinggal di rumah. Ia juga diinterogasi Mengenai tempat tinggalnya. sehabis sebagian lama timbul Sang Kacamata serta Sang Tua dari jendela.

Sang Pendek tidak turut sekumpulan orang tersebut. Mereka seluruh memforsir Sang Pemuda buat membayar santapan. Sang Pemuda tidak bisa membayar santapan, sehingga ia dimohon buat menaggalkan celana serta baju yang dikenakan selaku jaminan. Sang Pemuda menolak.

Sehabis sekian lama, timbul seseorang wanita juragan batik bersama pembantu yang memayunginya. Ia tertarik dengan keributan yang terjalin. Sehabis mendekat serta mengenali kasus yang terjalin, wanita itu membayarkan bayaran makan Sang Pemuda. Seluruh orang tidak terima dengan perlakuan juragan batik sebab dirasa itu bukan keadilan serta hendak menolong penipu seperi Pemuda itu. Wanita itu berangkat meninggalkan tempat.

Tiba suara gemuruh truk yang dikendarai oelh Sang Sopir. Sehabis menyudahi di tempat yang tidak jauh dari keributan, Sang Sopir turut menimbrung. Upaya buat memforsir Sang Pemuda supaya membayar santapan terus menjadi ramai. Desakan Sang Sopir terus menjadi kokoh menimbulkan Sang Pemuda menanggalkan bajunya.

Pemuda itu membagikan pakaian kepada Sang Peci, Sang Peci kemudian menyerakan pakaian itu kepada Simbok selaku jaminan bila Sang Pemuda kabur. Sang Kurus menganjurkan supaya pakaian itu dititipkan kepada Abduh yang bekerja di dekat jendela. Sang Kurus mengambil kembali pakaian itu kemudian membawanya ke dalam. Orang- orang kembali bekerja.

Sang pemuda memasang muka melas kepada Simbok serta meyakinkan kalau ia tidak bermaksud menipu. Ia mengakui jika tidak mempunyai duit sebab lagi mengembara mencari penghidupan dari desa tempat tinggalnya. simbok termakan perkataan Sang Pemuda serta memohon pakaian kepada Sang Peci buat dikembalikan. Simbok mengembalikan pakaian kepada Sang Pemuda, kemudian Pemuda itu berangkat.

Penjaga Malam yang baru berakhir mandi keluar serta memohon Simbok mempersiapkan pecel untuknya. Penjaga Malam menggambarkan kepada Simbok tentang peristiwa kecolongan di Desa Pegulen. Identitas maling itu sama semacam wujud Pemuda yang baru saja berangkat tanpa membayar pecel. Kesimpulannya Simbok sadar kalau ia sudah ditipu lagi.

Untuk membaca lebih lengkap naskah teater Matahari di Sebuah Jalan Kecil karya Arifin C. Noer dapat download di LINK BERIKUT.*** 

No comments

Powered by Blogger.