Header Ads

Naskah Teater Demonstran Karya N. Riantiarno

Naskah Teater Demonstran Karya N. Riantiarno

SENITULAR - Naskah Demonstran yang menggambarkan tentang tokoh utama bernama Topan ini ditulis Nano dalam waktu 3 bulan. Walaupun, kala itu dia belum mengenali akhir dari ceritanya.

N. Riantiarno menggambarkan bila naskah Demonstran mempunyai keterikatan dengan lakon Bunda, Mother Courage and Her Children. Keduanya bersama menyiratkan kritik sosial serta menyindir apa yang terjalin terhadap bangsa ini.

Semacam lakon Suksesi yang dikira tidak dapat dipentaskan. Tetapi Teater Koma senantiasa menayangkannya walaupun dibredel pada hari ke-11. Tahun ini ialah tahunnya politik pemilihan presiden Indonesia.

Sinopsis Naskah Demonstran

Sangat banyak repetisi, naskah berputar-putar mengulang-ngulang persoalan siapa rakyat sejati. Suatu yang semenjak dini telah didengungkan Topan si tokoh utama kala dirinya dimohon turun ke jalur lagi mengetuai demonstrasi buat membela kepentingan rakyat.

“Siapa rakyat? Gimana kamu berjuang jika kamu tidak ketahui buat siapa? Orang miskin itu rakyat, orang kaya pula rakyat. Tetapi siapa rakyat sejati?” ucap Topan kepada Niken, Wiluta serta Jiran yang mengajaknya mengetuai gerakan.

Dua puluh tahun kemudian, Topan merupakan pemimpin demonstrasi yang sukses menumbangkan penguasa, serta saat ini dirinya sudah menjelma orang dagang yang berhasil. Terdapat satu lagi hiburan yang jadi sindiran pula di dalam pertunjukan ini, ialah dihadirkannya

tokoh penata rambut yang diperankan oleh Subarkah Hadisarjana yang tugasnya menata rambut calon presiden, Pejabat- T. Rambut- rambut itu juga jadi simbol yang pula menempel di pengikut Topan, para mantan demonstran dahulu, yang saat ini banyak telah hidup lezat dengan jadi pejabat, anggota DPR. Mereka, tampak dengan rambut yang disasak demikian besar.


Baca Juga  : Naskah Teater Suksesi karya N. Riantiarno


Dua kali, wujud Topan menyebut kata anarkis. Awal, kala dia bilang kalau unjuk rasa kerap mengaitkan emosi yang cuma berujung pada anarkis. Di sini, nyatanya N. Riantiarno belum membedakan anarkisme dengan vandalisme.

Anarkisme berasal dari bahasa Yunani, anarchos/ anarchein yang berarti tanpa pemerintahan (negeri), negeri ataupun pemerintah cenderung memiliki kontrol otoritas yang melahirkan tirani. Bila demonstrasi yang dia iktikad berujung pada peluluhlantahkan, bertabiat negatif serta mengusik, itu vandalisme.

Suara Cornelia Agatha yang berfungsi jadi Bunga, istri Topan nampak terdengar tidak lumayan kokoh kala bernyanyi di nada- nada besar, sangat terasa sekali dia tidak memiliki napas yang lumayan panjang bernyanyi di panggung teater.

Dunia teater memanglah memiliki tantangan yang lebih. Memiliki vokal kokoh serta artikulasi jelas, mutu akting, ditambah gerak badan, tentulah bukan masalah mudah buat menyajikan perihal yang lengkap tersebut.

Kala pidato, yang terdengar dari mulut Pejabat- T cuma  Blubard, blaburd yang diulang- ulang. Suatu yang absurd, bukan, lebih tepatnya suatu yang tanpa arti, suatu yang tidak dapat dimengerti. Seperti itu yang mau N. Riantiarno sampaikan, ia bilang, kerapkali omongan pejabat-pejabat itu tidak jelas, seakan dalam perumpamaannya cuma terdengar semacam blubard- blaburd.

Yang jelas dari pementasan ini cuma persoalan mengenai siapa rakyat sejati, serta sisanya semacam blubard blaburd, tidak jelas apa yang mau dituju. Selebihnya mayoritas cuma diskusi panjang yang padat, tetapi kurang penggambaran dalam adegan.

Yang menarik, tersirat hendak sindiran halus, tentang mungkin setelah itu hari. Dapat jadi mereka yang jadi aktivis saat ini, hendak sangat bisa jadi jadi yang apatis di masa nanti.

Ataupun parahnya mereka yang masa lalunya berkoar menuding orang-orang yang didemonya, saat ini kelakuannya tidak terdapat kelainannya dengan orang-orang yang sempat diprotesnya; idealisme yang berubah bentuk jadi pragmatisme optimal.

Terdapat bermacam definisi yang ditawarkan menimpa siapa rakyat sejati, salah satunya diucapkan dalam obrolan Tabah serta Alun,

“Rakyat sejati merupakan pemirsa yang menyaksikan peristiwa dengan diam.”

Kala pementasan lebih dahulu Nano menawarkan perenungan tentang Bunda, saat ini, dirinya menawarkan perenungan tentang rakyat sejati. Term kesejatian seperti itu yang jadi persoalan besar dalam totalitas pertunjukan.

Berkutat di perihal tersebut, membuat penyorotan perkara korupsi cuma jadi suatu yang dipanjang-panjangkan dalam naskah, tetapi sedikit ditafsirkan.

Untuk membaca lebih lengkap naskah teater Demonstran karya N. Riantiarno dapat download di LINK BERIKUT.***

No comments

Powered by Blogger.